Senin. 15 Oktober 2012
I. Tujuan
1.
Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode
identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2.
Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa
golongan aldehid dan keton.
II. Dasar Teori
Salah satu gugus fungsi yang kita
yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran
“ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan
dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai
berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik
(Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol
primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi
aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti
piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer
menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga
dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua
karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7)
dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi
menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon
dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian
negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
A. Iodoform
Iodoform
merupakan salah satu haloform yang terbentuk kristal berwarna
kuning, dan sedikit
larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton /
metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa
tersebut. Metil keton menghasilkan endapan kuning
iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.
R-C-CH3+ 3 I2+ 4NaOH èR-C-ONa
+ 3 NaI + 3 H2O + CHI3
Metil
keton
Iodoform kuning
Untuk
pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan
iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom
hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion
hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat
dalam mekanisme reaksi.
Pada tahap
kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan
triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
B. Tes
Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif
bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik dioksidasi menjadi
asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam
larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata).
Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO +
2Cu2+ + 5 OH è R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru
merah bata
III. Alat dan Bahan
A.
Tes Iodoform.
Alat :
·
Gelas Beaker.
·
Batang Pengaduk.
·
Kertas Saring.
·
Penanggas Air.
·
Timbangan Analitik.
Bahan :
·
KI
·
NaOCl
·
Aseton
·
Alkohol
B.
Tes Benedict.
Alat :
·
Pipet Tetes.
·
Tabung Reaksi.
·
Gelas Beaker.
·
Penanggas Air.
Bahan :
·
Formaldehida.
·
Aseton.
·
Benzaldehida.
·
Pereaksi Benedict
IV. Cara Kerja
A.
Tes Iodoform.
A. Tes Benedict.
V. Hasil Pengamatan
A. Tes Iodoform.
Berat kertas saring :
0,44 gram.
Berat kertas saring + kristal : 0,6
gram.
Berat kristal yang dihasilkan : 0,16
gram.
B.Tes Benedict.
VI. Pembahasan
A.
Tes Iodoforf.
Reaksi
iodoform yaitu suatu reaksi yang spesifik terhadap senyawayang mengandung gugus metil keton. Gugus metil
dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai terbentuk Iodoform (CHI3) padat berwarna kuning
Gugus metil keton yang dipakai
dalam percobaan ini adalah aseton,yang akan direaksikan dengan iodium suasana
basa menghasilkan Iodoform.Dan
selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi.
Dalam
percobaan ini dilakukan pengenceran aseton dengan air. Hal inidikarenakan pada
daerah tropis aseton mudah menguap. Dengan adanya penambahan air dapat
mencegah penguapan aseton.
NaOCl berfungsi sebagai suasana
basa. Dalam percobaan ini, setelah iodoform
habis bereaksi harus segera ditambahkan sejumlah air karena bila iodoform telah
habis bereaksi berarti sudah terbentuk kristal iodoform. Tujuan penambahan
air sesegera mungkin adalah untuk menyempurnakan reaksi agar kristal yang
dihasilkan bagus.
Adapun
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan adalah penambahan NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan NaOCl harus
tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya menjadi kurang basa dan akibatnya
kristal yang terbentuk sedikit. Sedangkan jika terlalu banyak atau berlebih iodoform dapat larut dalam NaOCl.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat
padat dimana dalam keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi
dalam keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi.
Cara rekristalisasi dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai (dalam
hal ini alkohol panas). Alkohol ± 50 ml dipanaskan
di atas hot plate dengan diberi corong yang sudah disumbat dengan kertas
saring. Dimasukkan kristal iodoform yang sudah disaring tersebutke dalam
erlenmeyer, yang kemudian dilarutkan ke dalam alkohol panas.
Alkohol dipanaskan di atas hot plate
bukan di atas api bebas karena alkohol sifatnya mudah terbakar maka menggunakan
erlenmeyer yang ditutup dengan corong dan
ditutup dengan kertas saring untuk menghindari terjadinya penguapan
alkohol.
alkohol panas tersebut dimasukkan ke
dalam erlenmeyer lain yang sudah berisi kristal iodoform, penambahannya
dilakukan sedikit demi sedikitsampai kristal iodoformnya tepat larut. Jika
alkohol ditambahkan berlebih maka kristal iodoform yang larut saat panas nantinya
akan sulit mengendap atau mengkristal kembali.
Setelah itu dinginkan, lalu
menambahkan air dan segera disaringdengan corong. Hasil kristalnya yang
terbentuk dikeringkan, setelah kering hasilnya ditimbang. Diperoleh berat
kristal iodoform sebesar 0,16 gram.
B. Tes Benedict.
Pada
percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan
direaksikan dengana benedict. Larutan yang akan di uji dengan benedict adalah
formaldehid, aseton dan benzaldehida.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi
masing-masing diisi 2 ml benedict berwarna biru kehijauan, kemudian pada
masing-masing tabung ditambahkan formaldehid, aseton dan benzaldehida. Kemudian
ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya
reaksi. Hasil yang diperolaeh adalah formaldehid bereaksi dengan benedict
membentuk asam karboksilat dan terdapat endapan CuO berwarna merah bata, sedangkan
pada aseto dan benzaldehida tidak terjadi perubahan/ reaksi hal ini dikarenakan
Reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah,
ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat
mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens.
VII. Kesimpulan
·
- Formaldehid (aldehida) bereaksi dengan
reagen Benedict membentuk endapan merah bata Cu2O.
·
- Aseton dan benzaldehida (keton) tidak
bereaksi dengan benedict.
·
- Berat kristal iodoform yang diperoleh
sebesar 0,16 gram.
VIII. Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan s.
Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1.
Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siti Nurbayti, M.Si.2011.
Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif
Hidayatullah.
http://triyasrahayu.blogspot.com/2011/10/laporan-organik-aldehid-dan-keton.html diakses
tanggal 20 oktober 2012 “16:06”
http://alipart.blogspot.com/2011/03/identifikasi-aldehid-dan-keton.html diakses
tanggal 20 oktober 2012 “16:38”
IX. Pertanyaan
1.
Sebutkan
fungsi aseton dan NaOCl dalam kristalisasi iodoform ?
Fungsi
aseton :
·
Untuk menghasilkan kristal iodoform.
·
Sebagai gugus metil yang dapat menghasilkan kristal
iodoform.
Fungsi NaOCl
:
·
Sebagai
suasana basa dalam reaksi iodoform.
·
Sebagai
oksidator, yang akan bereaksi dengan I2 membentuk NaOI ,kemudian akan terurai
menjadi NaI dan Onasen yang memiliki
sifat sebagai oksidator yang mengubah asetan menjadi triiodoaseton.
·
Sebagai
nukleofil yang menyerang atom karbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3 yang
tidak stabil yang segeramembentuk CHI3 (iodoform).
2. Sebutkan komponen dari reagent benedict ?
·
Natrium
sitrat.
·
Natrium
karbonat.
·
Kupri
sulfat.
·
Air suling.
3. Jelaskan cara lain untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa aldehida
dan dan keton ?
1. Uji Tollens
Mencuci
satu tabung reaksi dengan sabun dan sikat, dan cuci dengan air suling.
Memasukkan 2ml larutan 5% perak nitrat kemudian menambahkan 2 tetes larutan 5%
natrium hidroksida dan campur dengan baik. Kemudian menambahkan tetes demi
tetes sambil dikocok larutan 2% amonium hidroksida hanya secukupnya untuk
melarutkan endapan.
Menyiapkan
empat tabung reaksi yang berisi reagen tollens. Kemudiam menguji
benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin 2 tetes ke satu tabung 1
senyawa. Kemudian dikocok beberapa menit. Jika tidak bereaksi dipanaskan
(35-50)oC selama 5 menit. Selanjutnya melakukan pengamatan.
- Uji Fehling dan Benedict
Menyiapka 4
tabung reaksi kemudian masing-masing ditambahkan 5 mL reagen benedict atau 5 ml
reagen Fehling yang baru dibuat . masing-masing tabung reaksi menambahkan
beberapa tetes bahan yaitu formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan
sikloheksanon. Kemudian 4 tabung dimasukkan kedalam air mendidih kemudian
mengamati periubahannya setelah 10-15 menit.
- Adisi bisulfit
Memasukkan 5 ml larutan jenuh
natrium bisulfit ke dalam erlenmeyer 50 mL dan mendinginkan larutan
didalam air es. Kemudian menambahkan 2,5 mL aseton tetes demi setetes sambil
dikocok. Setelah 5 menit menambahkan 10 ml etanol untuk memulai
penghabluran. Kemudian disaring kemudian di tetesi HCl dan diamati apa yang
terjadi.
4.
Pengujian
dengan Fenilhidrasin
Memasukkan 5 ml fenil hidrasil kedalam 2 tabung reaksi kemudian menambahkan
10 tetes pada tabung pertama benzal dehid pada tabung ke-2sikloheksanon.
Kemudian menutup dengan goncangan dengan kuat selama 1-2 menit hingga menghablur.
Selanjutnya menyaring fenil hidrazon yang menghablur dengan sedikit air
dingin.dan menghablurkan kembali dengan sedikit metanol atau etanol dan di
diaman hingga keering. Kemudian mengukur titik lelehnya
5.
Reaksi Haloform
Memasukkan 5 tetes aseton ke dalam 3 ml larutan 5% natrium hidroksida,
kemudian menambahkan larutan iodium sambil menggoncangnya sampai warna iodium
tidak hilang lagi. Kemudian menunggu iodoform yang berwarna kuning
mengendap dan mencium bau dan mencatat baunya.
6.
Kondensasi Aldol
Mereaksikan 4 ml larutan 1% NaOH dengan 0,5 ml asetaldehid. Kemudian
memasukkan ke dala ttabung reaksi, menggoncang dengan baik
dicatat
baunya (dari asetaldehid yang tidak bereaksi). Kemudian mendidihkan campuran
selama 3 menit dan dicatat baunya.
X. Lampiran
Kristal Iodoform |
Tes Benedict |
Aseton + Sampel Benedict |
Benzaldehida + Sampel Benedict |
formaldehida + Sampel Benedict |
.